Kamis, 19 Oktober 2017

Cerpen, "Gara-Gara Standart Motor"

Gara-Gara Standart Motor
Hari kedua kuliah. Aku kesiangan bukan karena bangun telat. Tapi aku sarapan pagi. Inilah hal yang terkadang pro dan kontra antara waktu dan perutku.  Jam sudah menunjukkan pukul 06.30 . aku baru mau on the way dari rumah. Berpamitan dan mencium punggung tangan kedua orang tuaku. Ku starter motor dan melaju tanpa memperhatikan kanan dan kiriku.
Di perjalanan banyak hal yang membuatku syaraf bibirku untuk tertawa. The first ketika aku tak sengaja melewati kolam jeruk yang cukup panjang di tengah jalan. Orang di depanku hanya memperhatikan, aku rasa ia ingin menertawai diriku sendiri. Untunglah aku menggunakan masker (penutup mulut dan hidung) jadi mereka tak mengenalku. Hujan deras kemarin sore drastic menciptakan kolam di sepanang jalan berlubang. Itu sangat menghambat perjalananku
Kedua saat di perbatasan kota, aku melihat pengendara yang standart motornya belum di ketepikan. Aku pun mengejarnya. Tak adakah orang yang melihatnya selain aku? Argh.. Aku kesulitan untuk menyamakan kedudukan karena sepertinya abang itu terburu-buru. Aku tak perduli, dengan kelajuan kurang lebih 80km/jam aku kejar dan akhirnya aku menyamainya. “Bang, standarnya..” teriakku
Abang itu hanya menempatkan standar ke posisinya tanpa menolehku. What.. bilang makasih kek.. aku mengerutu. Baru beberapa detik aku manyun sendiri abang itu  menoleh kebelakang dan menganggukkan kepala. Aku membalas anggukannya dengan tersenyum. Wow, takjubku. Mungkin abang iitu mendengar ocehanku. Hahaha.. ngapain aku senyum. Kan aku pakai masker. aku tertawa.
Aku mengikuti abang itu. Eiiits, bukan mengikuti entah kemana ia akan pergi aku mempercepat kelajuanku hingga aku berada di depannya. Selang beberapa detik ia kembali di depanku. Setelah persimpangan kami tetap satu arah. Mungkinkah abang ini juga pergi ke kampus? Kampus mana ya? Ciaaah.. kepo nixh ye.. hehe
Aku tetap memperhatikannya. Sesekali kulihat ia melirikku dari kaca spionnya. Aku terkekeh kecil. Abangini lucu juga. Lagi dan lagi aku mendahuluinya dan tak lama ia di depanku. Ahh.. mau balapan ya bang? Tanyaku di hati. Ookee… aku melaju cukup lama aku berada di depannya. Aku tak berani melirik ke kaca spion.
“Hati-hati ya bawa motornya”
Astaga aku melamun. Hampir saja aku menabrak segitiga oren punya polisi di depanku. Hufth. Abang gitu melewatiku dan berbelok ke kampusnya. Ya Allah.. apa yang aku pikirkan. Gara-gara standar motor hampir saja aku membuat masalah. Ku tepis cerita abang tadi dan focus mengendarai motor hingga ke kampusku.

Jeruju Besar, 9 September 2016

Fitri Sa’banniah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar