Gara-Gara Standart Motor
Hari kedua kuliah. Aku kesiangan
bukan karena bangun telat. Tapi aku sarapan pagi. Inilah hal yang terkadang pro
dan kontra antara waktu dan perutku. Jam
sudah menunjukkan pukul 06.30 . aku baru mau on the way dari rumah. Berpamitan
dan mencium punggung tangan kedua orang tuaku. Ku starter motor dan melaju
tanpa memperhatikan kanan dan kiriku.
Di perjalanan banyak hal yang
membuatku syaraf bibirku untuk tertawa. The first ketika aku tak sengaja
melewati kolam jeruk yang cukup panjang di tengah jalan. Orang di depanku hanya
memperhatikan, aku rasa ia ingin menertawai diriku sendiri. Untunglah aku
menggunakan masker (penutup mulut dan hidung) jadi mereka tak mengenalku. Hujan
deras kemarin sore drastic menciptakan kolam di sepanang jalan berlubang. Itu
sangat menghambat perjalananku
Kedua saat di perbatasan kota, aku
melihat pengendara yang standart motornya belum di ketepikan. Aku pun
mengejarnya. Tak adakah orang yang melihatnya selain aku? Argh.. Aku kesulitan
untuk menyamakan kedudukan karena sepertinya abang itu terburu-buru. Aku tak
perduli, dengan kelajuan kurang lebih 80km/jam aku kejar dan akhirnya aku
menyamainya. “Bang, standarnya..” teriakku
Abang itu hanya menempatkan standar
ke posisinya tanpa menolehku. What.. bilang makasih kek.. aku mengerutu. Baru
beberapa detik aku manyun sendiri abang itu
menoleh kebelakang dan menganggukkan kepala. Aku membalas anggukannya
dengan tersenyum. Wow, takjubku. Mungkin abang iitu mendengar ocehanku.
Hahaha.. ngapain aku senyum. Kan aku pakai masker. aku tertawa.
Aku mengikuti abang itu. Eiiits,
bukan mengikuti entah kemana ia akan pergi aku mempercepat kelajuanku hingga
aku berada di depannya. Selang beberapa detik ia kembali di depanku. Setelah
persimpangan kami tetap satu arah. Mungkinkah abang ini juga pergi ke kampus?
Kampus mana ya? Ciaaah.. kepo nixh ye.. hehe
Aku tetap memperhatikannya. Sesekali
kulihat ia melirikku dari kaca spionnya. Aku terkekeh kecil. Abangini lucu
juga. Lagi dan lagi aku mendahuluinya dan tak lama ia di depanku. Ahh.. mau
balapan ya bang? Tanyaku di hati. Ookee… aku melaju cukup lama aku berada di
depannya. Aku tak berani melirik ke kaca spion.
“Hati-hati ya bawa motornya”
Astaga aku melamun. Hampir saja aku
menabrak segitiga oren punya polisi di depanku. Hufth. Abang gitu melewatiku
dan berbelok ke kampusnya. Ya Allah.. apa yang aku pikirkan. Gara-gara standar
motor hampir saja aku membuat masalah. Ku tepis cerita abang tadi dan focus
mengendarai motor hingga ke kampusku.
Jeruju Besar, 9 September 2016
Fitri Sa’banniah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar