Kamis, 24 Maret 2016

Cerpen : Bayangmu Rindu dalam Malamku

P
ancaran sinar sang rembulan mengenai wajahku dari jendela yang sedikit terbuka. Kerutan keningku memaksaku untuk bangun dari tempat tidur. Kulihat jam telah menunjukkan pukul 23.48 malam. Mataku sudah lama berkunang, namun kegelisahan serta kebimbangan yang membuatku susah untuk tidur. Terasing dalam sepi, sejenak ku terdiam merenungkan gerangan apa yang mengganggu tidur malamku.
Terlintas dibenak akan sebuah nama yang selalu kukenang. Namun Aku tak ingin memikirkannya lagi. Gelisahku mengajak damai dengan waktu, tapi ku tak bisa. Ku rebahkan diri dan  kupejamkan mata. Apa itu? Hatiku bergumam. Ada seseorang yang hadir menyapa. Kubuka mataku “Ah, lagi dan lagi hanya bayangannya yang tak kunjung menjadi kenyataan. Kapan kau menyapaku dalam kehidupan nyata?” Tanyaku pada bayangan itu seakan melampiaskan kekesalan yang lagi-lagi mengusik malamku.
Kunyalakan lampu dan kulihat dinding kamar yang mengelilingiku, terasa sempit dan membuat fikiranku semakin menyempit. Akhiran pandanganku tertuju pada sebuah foto berbingkai pink. Tertatih kuberanjak dari tempat tidur, kudekati perlahan dan kutatap foto seseorang yang berada disampingku. Aku meroceh sendiri. “Taukah engkau? Lama kali aku menunggumu disini. Selalu kutunggu kabar darimu, namun tak satupun yang datang padaku.” Kristal bening kembali jatuh mengenai pipiku dengan derasnya.  ”Tak sadarkah kau betapa kau kurindukan ? Dimana? Dimana kau? Tidak kah ada sedikitpun dibenakmu untuk memikirkanku? Tidak kah kau mengingatku?  Tidakkah lagi ada rasa dihatimu yang dulu untukku? ” Histerisku dengan isak tangis yang tak dapat kubendung.
Amarah bercampur emosipun menjadi-jadi. Kucoba tuk menenangkan fikiran. Berjuta pertanyaan bergantung diatas kepalaku. Akan kah ia juga mengalami kerinduan seperti apa yang aku alami? Butiran peluh kini menggenangi dahiku, menandakan ketakutan datang lagi  menyergapku. Sanggupkah aku kehilangan ia yang telah lama kuukir wajahnya dan kulukis namanya dihatiku?
Jantungku tiba-tiba berhenti berdetak, bukan mati. Hanya saja sedikit melambat. Dan malam semakin larut kucoba perlahan memejamkan mataku. Namun sinar sang rembulan memancing agar aku keluar melihatnya. Aku beranjak dari tempat tidur, kubuka pintu jendela, sinar rembulan begitu indah, membuat tangisku tersedu menjadi senyuman. Senyum kesedihan. “Bulan, kenapa kau tampak begitu indah.? Kenapa hatiku tak dapat indah seperti dulu saat kau menyinari malam dan hatiku ketika ia disisiku? Bulan kumohon, bawa bintang menari iringi langkahku, dan malam hadir bawa diriku berjumpa dengannya. Kumohoon… “ Lagi-lagi aku menangis.
Mataku semakin mengantuk, namun kegelisahan ini terus menghantuiku. Sudah jam 02.15 Aku harus tidur, besok aku sekolah dan harus belajar demi menggapai impianku. Kucari handphone dan earphone, kudendangkan lagu yang menjadi lagu kenangan aku dan dia. Kuberdendang dengan kesepian dan kesunyian. Perlahan mataku tak lagi berkedip. Namun fikiranku tetap saja memikirkan  bayangan itu.
Ya Tuhan, apa salahku pada-Mu?  Begitu berat beban yang kini kutanggung. Ku mohon berikan aku hidayahmu. Apa yang harus kulakukan kini, mencoba lupakan namun bayangan itu semakin mengejarku, jika aku bertahan ?  Sanggupkah aku setiap malam harus begini? Ya,, ya… Aku akan tetap bertahan melawan kesepian, kesunyian dan kerinduan ini sendiri. Mungkin ini ujian cintaku, badai yang datang apa yang harus dilakukan? Jika berdiam maka akan hancur berantakan. Satu-satunya cara aku tetap harus berjalan, untuk berjalan hanya ada 3 penompang. Yakni Ihktiar, do’a dan KITA. Aku akan tetap menunggu bayangan itu menjadi nyata kelak dalam kehidupanku dan bukan mimpi lagi..
Aku semakin terlelap dan tak sadarkan diri.. Aku benar-benar tertidur dan………….
~Selesai
Judul Cerpen   : Bayangmu, rinduku dalam malamku
Cerpen karangan : Fitri Sa’banniah (Cerpen ke-2, 12 Juli 2014)

Facebook : Fitri Sa’banniah

2 komentar: